Penulis : Alsha Aurora Khansha Zein
jabatan : Fungsional Ahli Pertama BPS Kabupaten Mamuju
Berdasarkan hasil Sensus Penduduk 2020 jumlah perempuan di Kabupaten Mamuju mencapai 135.684 jiwa, angka yang tidak dapat disepelekan mengingat jumlah perempuan di Kabupaten Mamuju mencapai 48,67 persen dari total penduduk. Dengan angka sebesar itu, jika pemberdayaan perempuan di Kabupaten Mamuju diberi perhatian lebih, maka sangat memungkinkan untuk membawa perekonomian Kabupaten Mamuju menjadi lebih baik dengan peran perempuan.
Kita mengetahui bahwa pada level nasional kontribusi sektor Usaha Menengah, Kecil, dan Mikro (UMKM) dalam perekonomian Indonesia mencapai 60,5% pada tahun 2022. Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati pada seminar nasional “Ekonomi dan Keuangan Syariah” yang dilaksanakan bersamaan dengan peringatan Hari Kartini pada Rabu, 21 April 2021 di Jakarta pun menyampaikan bahwa peranan perempuan dalam perekonomian sendiri semakin hari semakin signifikan, pada sektor UMKM sebanyak 53,76% pelakunya adalah perempuan dan 97% pekerjanya pun perempuan.
Hal tersebut menggambarkan bahwa perempuan memiliki kapasitas untuk berperan dalam perekonomian bangsa dengan berpikir cerdas, mengamankan dan mengatur keuangan keluarga, dan menginvestasikannya di bidang produktif yang potensial dan nyata. Namun demikian, dibandingkan dengan negara lain yang memiliki tingkat penghasilan yang serupa dengan Indonesia, partisipasi perempuan dalam ekonomi masih cenderung kecil.
Di Kabupaten Mamuju sendiri, pada tahun 2022 perempuan usia kerja yang aktif dalam angkatan kerja hanya sebesar 53,53 persen dibandingkan dengan laki-laki usia kerja yang mencapai 83,70 persen. Melihat banyak perempuan yang tidak bekerja di Kabupaten Mamuju sebenarnya menimbulkan tanda tanya, khususnya karena adanya kemajuan tingkat pendidikan dan penurunan angka fertilitas. Jika dilihat dari nilai ujian sekolah misalnya, anak perempuan saat ini mampu bersaing bahkan melampaui anak laki-laki di setiap jenjang pendidikan hingga perguruan tinggi.
Akan tetapi, memiliki kualitas pendidikan yang lebih baik pun belum menghasilkan lapangan pekerjaan yang lebih banyak dan lebih baik bagi perempuan. Meskipun juga terdapat penurunan angka fertilitas, kebanyakan perempuan keluar dari pasar tenaga kerja setelah menikah untuk menjadi ibu rumah tangga dan mengurus anak dirumah, walau demikian beberapa perempuan memang ada yang menjadi pekerja keluarga seperti membantu suami bekerja di kebun atau di warung.
Untuk memaksimalkan peran perempuan dalam perekonomian membutuhkan persyaratan. Sebab, perempuan tak sama dengan kaum pria. Secara biologis, kata Menkeu, perempuan yang menanggung proses reproduksi, paling tidak selama sembilan bulan. “Belum pada saat dia harus merawat dan membesarkan putra putrinya. Ini membuat perempuan tidak dalam posisi yang sama dengan laki-laki,” kata Sri Mulyani.
Karena 66,3 persen dari jumlah penduduk perempuan di Kabupaten Mamuju saat ini merupakan kelompok usia produktif 15-64 tahun, ada potensi yang sangat besar untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi dengan menghapuskan rintangan bagi perempuan untuk berpartisipasi dalam perekonomian.
Salah satunya dengan meningkatkan partisipasi angkatan kerja perempuan, misalnya dengan membuka lapangan pekerjaan baru untuk perempuan, ataupun dengan melakukan sosialisasi mengenai literasi keuangan dan digital seperti membuka akses kredit dan investasi, melakukan pelatihan digital marketing, maupun keahlian ilmu lainnya dalam bidang pertanian atau industri. Semua hal tersebut dapat meningkatkan peluang perempuan untuk tetap produktif walau hanya dirumah mengurus anak dan menjalankan kewajiban menjadi ibu rumah tangga. Selain itu, dengan belajar mengenai digital marketing perempuan diberdayakan untuk dapat bersaing di dunia yang serba digital dan terbuka dengan ekses yang lebih luas.
Membuka pelayanan pengasuhan dan pendidikan anak juga dapat dijadikan solusi dalam meningkatkan produktivitas perempuan. Investasi yang lebih banyak dan lebih baik untuk pendidikan anak usia dini juga dapat mempunyai dampak positif yang signifikan terhadap partisipasi perempuan di pasar tenaga kerja. Analisis terbaru Bank Dunia di Indonesia memperlihatkan bahwa setiap penambahan sarana prasekolah negeri untuk 1.000 anak meningkatkan lapangan kerja bagi kaum ibu sebesar 13 persen.
Apalagi di wilayah kota seperti Kecamatan Simboro dan Kecamatan Mamuju yang memiliki banyak wilayah perkantoran. Banyaknya keluarga perantauan yang tidak memiliki kerabat ataupun saudara untuk membantu menjaga anak, membatasi akses khususnya bagi ibu pekerja untuk lebih produktif. Maka, memberikan akses yang lebih baik kepada lebih banyak ibu untuk mendapatkan pelayanan penitipan anak (childcare) yang terpercaya merupakan pilihan kebijakan yang baik. Hal itu juga mendatangkan manfaat positif tambahan bagi kesejahteraan dan perkembangan anak sehingga menjadi solusi yang menguntungkan bagi semua pihak. (**)