Berbuat kecil berdampak besar demikianlan kalimat yang cocok untuk sebuah inspirasi yang diperoleh dari penggiat literasi di Tanah Mandar, Muhammad Ridwan Alimuddin (Pendiri Perahu Pustaka) yang tetap setia mengkampanyekan budaya baca buku hingga menyebar ke wilayah pegunungan tepatnya di Kabupaten Mamasa.
Laporan: Hapri Nelpan
Hujan deras menyelimuti kota, sabtu 27 Mei 2017 saat Komunitas Mamasa Pustaka memulai perjalanan ke Tanah Mandar (Kabupaten Polman) khususnya di wilayah Desa Pambusuang tempat dimana seorang penggiat literasi, Ridwan Alimuddin mendirikan Perahu Pustaka dan beberapa bentuk komunitas literasi lainnya.
Hari menjelang gelap, dingin mulai menembus ke tulang namun beberapa anggota komunitas literasi dari Mamasa yakni, Frendy, Risal, Hapri Nelpan, Semuel Mesak Karaeng dan Yohanis tetap bersemangat memacu roda dua yang dikendarai demi terwujudnya agenda study banding ke Perahu Pustaka.
Diperjalanan hari telah gelap, kabut mulai menyelimuti jalan, jari tangan yang mengeriput akibat dingin terkadang keram demikian pula jarak pandang mulai terbatas namun dengan jalan berkelok serta candaan dari kerabat membuat suasana menjadi ramai dan tidak terasa.
Tepat pukul 21.10 kendaraan akhirnya tiba dengan selamat di Pambusuang. Tak mesti banyak bertanya, arah yang kami tujuh cukup mudah diketahui, bagaimana tidak ciri khas dari Perahu Pustaka yang didirikan Ridwan Alimuddin sangat menonjol ditambah lagi posisinya strategis dimana gang (lorong) yang ditempatinya tepat berada di depan Kantor PLN Pambusuang lebih memudahkan pendatang baru untuk berkunjung kesana.
Usai memarkir kendaraan, senyuman khas Ridwan Alimuddin menyambut kami, seperti biasanya dengan kaos oblong dan celana puntung menggambarkan sosok yang sederhana dan berkawan. Demikian penampilan sang penggiat literasi di tanah Mandar. Diskusi ringan berlangsung dengan sedikit canda tawa, setelah itu Ridwan pergi dan tak lama kemudian kami disuguhi makanan khas Mandar yang biasa disebut Songkolo. Sangat luar biasa lezat makanan tersebut. Rasanya ingin tambah namun stock yang terbatas membuat malu untuk bilang’ demikian bisikan Risal dan Semuel ke saya sambil tersenyum.
Berawal dari memiliki banyak buku saat masih kuliah di Tanah Jawa melahirkan inspirasi bagi Ridwan untuk mendedikasikan diri sebagai penggiat literasi. Sejak Tahun 2009 dirinya memulai aksi sosial tersebut dengan alat seadanya, bermodalkan sebuah becak tua disulap menjadi Becak Pustaka sembari terus membangun komunikasi kesejumlah penggiat literasi di tanah air akhirnya berbuah manis. Selama 8 tahun ia tekuni akhirnya Perahu Pustaka berdiri di Desa Pambusuang, perahu tua milik nelayan serta beberapa perkakas pelaut dipoles hingga memberikan daya tarik tersendiri di perpustakaan miliknya.
“Saya balik dari Yogya 2006 membawa 3000an buku koleksi pribadi. Karena Buka perpustakaan akses terbatas akhirnya buka di rumah saja, Yg datang teman-teman peneliti. Begitu terus sampai pindah ke Pambusuang tahun 2010 karena isteri orang Pambusuang.
Nanti 2015 mulai dengan Pustaka Bergerak. Awalnya Perahu Pustaka diikuti Becak Pustaka dan Motor Pustaka, Tahun 2016, Becak Pustaka dan Motor Pustaka dipensiunkan diganti ATV Pustaka, Skrg ATV ada dua, Perahu Pustaka tiga unit. Maret 2016 meresmikan Perpustakaan Museum Nusa Pustaka yang berperan sebagai base camp,” tutur Ridwan Alimuddin
Berlantai bambu dan dinding bambu yang dikombinasikan atap rumbia serta pelepah rumbia demikian ide Ridwan dalam menyatukan sejumlah bahan yang memberikan keunikan tersendiri.
Diskusi semalaman suntuk di kampung nelayan tersebut semakin memompa semangat kawan-kawan dari Mamasa untuk ikut melibatkan diri sebagai penggiat literasi di kampung berkabut (Pitu Ulunna Salu Kondosapata Wai Sapalelean-Mamasa Red).
Berbekal pengalaman dari Ridwan Alimuddin dan restu yang diberikan melalui satu dos buku dengan macam-macam judul akhirnya Komunitas Mamasa Pustaka kembali ke bumi Kondosapata untuk memulai perjalanan literasi yang akan geluti. Begitu semangat dengan penerapan literasi di Kabupaten Mamasa akhirnya dengan spontan ide untuk memulai aksi pustaka bergerak dimulai di Desa Mesakada, Kecamatan Tandukkalua, senin 29 Mei 2017 walaupun sementara dalam proses perjalanan ke Kota Mamasa.
Saat buku dibuka dan dikeluarkan dari dalam dos terlihat rasa segan dari beberapa anak yang mulai mendekati, saat diberi penjelasan bahwa buku tersebut dibaca secara gratis akhirnya merekapun berebut untuk membaca.
Hari Selasa 30 Mei 2017 tim Mamasa Pustaka kembali bekerja, kali ini di Desa Balla Barat, Kecamatan Balla, Kabupaten Mamasa. Walaupun dikejar deadline berita sebagai pekerja Pers waktu tersebut dimanfaatkan untuk semaksimal mungkin sekaligus menambah jumlah berita yang akan ditulis.
Hanya dengan sedikit penjelasan ke Guru SD 004 Bulo, Tikumangngemba dan Barnabas akhirnya sejumlah siswa yang saat itu sedang keluar main berdatangan untuk membaca buku yang dibawa.
Guru SD Bulo, Tikumangngemba menjelaskan. Sangat mengapresiasi kegiatan yang dilakukan Mamasa Pustaka dengan aksi perpustakaan bergerak sebab hal yang berlangsung dapat meningkatkan minat baca masyarakat terkhusus ke siswa, apalagi buku dalam komik dengan variasi warna dan gambar yang bersentuhan dengan pengetahuan sekolah semakin merangsang minat baca anak.
Tasia seorang siswa kelas V di SD Bulo juga mengaku, sangat senang membaca buku yang ada karena berbentuk cerita. “Saya senang baca buku yang bergambar karena mudah ditau dan banyak lucu-lucunya,” ujarnya.