Mamuju Utara, 8enam.com.-Opa’ seorang bocah berumur 12 tahun dengan kondisi lumpuh di Dusun Kabuyu Tua, Desa Martasari, Kecamatan Pedongga, KabupatenMamuju Utara (Matra), Povinsi Sulawesi Barat (Sulbar) tinggal berdua dengan ayahnya digubuk Reot dengan dinding rumah dari papan bekas dan ditambal dengan tarpal bekas serta beratapkan daun rumbiah kondisinya sangat tidak layak huni.
Digubuk reot tanpa kamar dan juga tanpa penerangan listrik ini, hanya tampak kasur bekas dan juga bantal bekas yang digunakan Opa’. Selain itu, gubuk reot ini juga tanpa kamar mandi dan sumur, sehingga keperluan untuk mandi serta memasak Opa’ terpaksa menggunakan air sungai.
Untuk beraktivitas dan sekedar turun dari rumah, Opa’ dengan susah payah. Untuk mencapai sebuah tempat duduk saja, Opa’ harus merangkak sejauh 20 meter tanpa alat bantu apapun. Cara seperti ini dilakukan oleh opa’ selama bertahun-tahun karena lumpuh yang dideritanya.
Sementara untuk mandi dan makan, Opa’ cukup terlihat mandiri walau dengan keterbatasan fisik yang di deritanya, namun terkadang Opa’ harus menunggu ayahnya pulang dari kerja sebagai buruh tani untuk mengambil air dari sungai untuk keperluan mandi dirinya.
Ternyata Selain lumpuh yang diderita Opa’ sejak lahir, diapun sulit diajak berkomonikasi dengan menggunakan Bahasa Indonesia. Hal ini dikarenakan Opa’ tak pernah mengenyam pendidikan seperti anak seusianya.
Menurut Ayah Opa’, Baco’ Pakir, dirinya tidak pernah mendapatkan bantuan dari pemerintah. sementara dia bersama dengan anaknya sering di data, tapi tidak pernah mendapatkan bantuan.
Dia menuturkan, untuk makan sehari-hari, Baco Pakir ayah Opa’ bekerja sebagai buruh tani dengan penghasilan yang tidak menentu, sehingga Opa’ dan ayahnya terkadang makan seadanya.
Opa’ bocah 12 tahun ini anak bungsu dari tiga bersaudara, kedua saudaranya tersebut telah meninggal. Sementara ibu kandung Opa’ juga telah meninggal, sehingga Opa’ kini tinggal bersama dengan ayahnya di gubuk reot yang tak layak huni tepat berada di bantaran sungai Pasangkayu yang swaktu-waktu dapat diterjang banjir.
Kini opa’ bersama dengan orang tuanya yang tinggal di gubuk reot itu berharap perhatian pemerintah dan dermawan, sebab dengan keterbatasan biaya Opa’ tidak pernah di periksakan kedokter. (Joni)