Nurannisa Lumanto, Mahasiswa Universitas Negeri Makassar
Media social memiliki tempat tersendiri dalam kehidupan masyarakat. Media social termasuk situs jejaring social memberikan peluang yang sangat besar bagi penggunanya untuk tetap berhubungan dengan teman -teman lama , rekan kerja dan pasangan,. Membantu orang-orang di seluruh dunia untuk membuat pertemanan baru, saling berbagi isi atau konten seperti gambar , vlog dan lain sebagainya. Meski hidup di dunia nyata separuh kehidupan masyarakat ini bergantung pada kehidupan mereka di media social. Banyak waktu yang digunakan utnuk berinteraksi di media sisoal, yang seringkali jauhl ebih banyak dari pada didunia nyata.
Lon Safko seorang penulis terkenal asal amerika mengatakan media sosial ialah media yang kita gunakan untuk menjadi social. Jika dikaitkan dengan kondisi sekarang ini, media social yang semakin memudahkan seseorang dalam berkomunikasi dengan orang lain. Mayoritas masyarakat kita memang sangat up to date terhadap perkembangan yang terjadi. Entah itu di dunia nyata, maupun yang ada di dunia maya.
Salah satu dampak banyaknya aktifitas di media social yaitu banyak orang yang berlomba lomba untuk menjadi populer. Mereka berlomba lomba mencari banyak followers, likers,dan subcribe. Kebahagian mereka seolah followers dan like yang dating ke postingan mereka dan itu akan yang membuat mereka menjadi kecanduan akan hal tersebut. Dalam hal ini mereaka tidak peduli dampaknya yang penting viral dan menjadi perbincangan netizen.
Mereka rela bentindak konyol/bodoh demi klik dari netizen, sebagian besar mereka mempertontonkan aksi yang dianggap konyol atau bodoh untuk mendapatkan perhatian publik . Alih-alih terkenal karna karyanya, banyak dari mereka popular karena banjir hujatan dan komen negatif.
Seperti Seorang influencer asal amerika melakukan hal di luar dugaan ia mengajak netizen menjilat dudukan kloset pesawat dan membangikannya lewat TikTok. Dalam videonya sembilan detik yang di beri captioan ‘coronavirus challenge’ itu. Ia terlihat menjauhkan rambutnya dari pinggir kloset, kemudian tanpa ragu menjilat dudukan kloset sambal memandang kearah kamera. Berkat video yang ia unggah , ia mengaku sukses mendapatkan Rp 60 juta berkat video tersebut. Akibatnya kelakuannya ia masuk daftar hitam yang membuatnya tidak di izinkan untuk naik maskapai penerbangan yang sama.
Sayangnya, tidak banyak yang berpikir demikian. Si pemilik konten yang mempertontonkan aksi yang di anggap konyol atau bodoh merasa senang karena postingannya viral. seakan tidak peduli kepopulerannya penuh hujatan yang terpenting , ia terkenal. Tentu,ada banyak keuntungan finansial apabila bisa jadi popular di media social.
Hingga munculah sebuah ungkapan “Stop Making Stupid People Famous“. Ungkapan ini berupa ajakan untuk berhrnti membuat orang-orang bodoh menjadi terkenal. Berpikir dengan cerdas, jangan dukung mereka yang hanya melakukan kebodohan dan pembodohan demi mengejar keuntungan semata. Jika ada banyak orang semacam ini terkenal, ia akan jadi ‘inspirasi‘ orang-orang lain utnuk membuat kebodohan yang sama. Lalu, apa yang terjadi jika generasi muda Indonesia berlomba-lomba unggul dalam membuat “ kebodohan” ?. sungguh miris, maka dari itu berhentilah memberi ruang bagi virus kebodohan. Marilah kita bersama – sama memajukan bangsa kita dengan generasi-generasi yang cerdas.
Mantapp