Kamis , Juni 26 2025
Home / Opini / Halimah Dari Penjual Nasi Padang, Hingga Kursi Presiden

Halimah Dari Penjual Nasi Padang, Hingga Kursi Presiden

Oleh : Nasri Aboe/JNN.

PERJALANAN — Halimah menjadi orang nomor satu di negara berlambang Singa kota tersebut ditempu berliku-liku kehidupan suatu kenyataan tidaklah mudah diperolehnya. Kisah nyata hampir bersamaan dengan kisah Presiden RI Joko Widodo, yakni tumbuh secara alamiah perasaan sehati dengan wong cilik : orang kelas bawah yang menopang hidup mereka dengan keberanian , rasa syukur , dan tekad . Tidak semua dari mereka menyimpang ‘keputusasaan’ . Sebagai besar sangat memelihara harapan baik dengan memiliki kemauan untuk mengubah hidup (Alberthiene Endah).

News Paper Straits Times, satu diantara dua media di Singapore (11/9/2017) mengangkat kisah petualangan Halimah Yacob.

Halimah dilahirkan sebagai anak bungsu dari keluarga miskin pada 23 Agustus 1954.

Delapan tahun diusia si-anak bungsu ini dan tepatnya Tahun 1962, ayahnya meninggal dunia.

Si anak yatim setelah peninggalan ayahnya, Akhirnya, Halima bersama sang ibu bekerja keras demi sesuap nasi ia menjual nasi Padang di gerobak dorong di kawasan – Shenton Way.

Halima yang berjuang bersama ibunya, menjual nasi Padang , ia ditugaskan ibunya membersihkan meja, mencuci piring, dan melayani pembeli nasi Padang khas Sumatera Barat yang banyak digemari warga Singapore .

Sang ibu, memikirkan anaknya (Halimah) tetap jadi buah hatinya untuk memperoleh pendidikan. Akhir 1960-an, ia disekolahkan di Singapore Chinese Girls School.

Sepuluh tahun kemudian (1970-an) , ia melanjutkan sekolah di – Tanjong Katong Girls School dan berkuliah di University of Singapore – dan berhasil meraih gelar Sarjana Hukum.

Tahun 1978, ia bergabung dengan Kongres Nasional Serikat Pekerja (NTUC) sebagai petugas advokasi.

Ia menghabiskan 30 tahun hidupnya sebagai aktivis sebelum diangkat menjadi wakil Sekretaris Jenderal NTUC.

Era 1980, Halimah dinikahi teman kuliah yang sudah menjadi pengusaha sukses di Singapura, yakni – Mohamed Abdullah Alhabshee. Mereka dikarunai lima orang anak.

Tahun 2001, Halimah memutuskan terjun ke dunia politik dan berhasil menjadi anggota parlemen.

Karier politiknya ternyata berjalan gemilang. tahun 2011, ia menjadi Menteri Pembangunan Komunitas, Pemuda dan Olah raga.

Selang dua tahun, 2013, ia ditunjuk sebagai Juru Bicara Parlemen Singapura.

Penunjukan itu juga bersejarah, karena Halimah menjadi perempuan pertama yang menduduki jabatan bergengsi di parlemen tersebut.

Bahkan Channel News Asia, menulis setelah Halimah dipastikan menjadi presiden pertama perempuan dari kaum Muslim, Halima berkata

“Aku akan melakukan yang terbaik untuk melayani warga Sipangura. Selama ini saya juga bertekad seperti itu, terlepas ada pemilu atau tidak,”

Hingga kekinian, pemerintah Singapura belum mengungkapkan apakah tetap menggelar pemilu dengan calon tunggal melawan kotak kosong, atau langsung menobatkan Halimah sebagai presiden baru.

Kepastian ini baru diketahui mantan Juru Bicara Parlemen Singapura itu menjadi presiden, diperoleh setelah dua pesaingnya tidak mendapat sertifikat kelaikan dari departemen pemilihan umum (KPU Singapore) setempat.

Kedua pesaingnya itu, Mohamed Salleh Marican dan Farid Khan, tak melakukan perlawan dan menerima kekalahannya.

Akhairnya,13 September 2017 pengumuman resmi, Halimah Yacob, berusia 63 tahun itu resmi sebagai pemenang tunggal menggantikan Presiden Tony Tan, dan resmi pula mengawali pekerjaan sebagai Presiden Singapore, dari keturunan India -Melayu. Selamat. (*)

(JOIN NEWS NETWORK/JNN) .

Check Also

Mengurai Tantangan Pengangguran di Polewali Mandar : Solusi untuk Masa Depan yang Inklusif

Oleh : Evi Arianti, SST Statistisi BPS Kabupaten Polewali Mandar Pengangguran menjadi salah satu tantangan …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *