Salah-satu tradisi yang unik dan diwariskan turun-temurun di Desa Balla Barat, Kecamatan Balla Kabupaten Mamasa yang dilakukan pada setiap acara pernikahan yakni ‘Tradisi Angka’ (Pemberian daging sembelihan sebagai simbol untuk saling menjaga dan melindungi).
Laporan : Hapri Nelpan
Suasana langit yang cerah mulai berganti dengan awan gelap usai mengikuti proses pemberkatan nikah saudara seprofesi, Harlyman (Wartawan Sulbar Raya) dan Novianti yang berlangsung di gedung Gereja Buntu Balla. Canda tawa dua keluarga besar dalam perjalanan menuju tempat resepsi seolah mengobati rasa lelah saat melalui jalan yang begitu curam.
Selang waktu 15 menit akhirnya tiba ditempat resepsi, kedua mempelai langsung menempati posisi dibagian depan yang didampingi orang tua kedua mempelai sebagaimana biasanya. Usai sejumlah kegiatan seremonial dilakukan ada hal yang menarik perhatian saat pembawa acara mempersilahkan para petua kampung melakukan Tradisi Angka.
Tak lama kemudian terlihat dari arah dapur , dua orang petua kampung yang sedang membawa sajian daging sembelihan dan ditaruh pada suatu wadah yang terbuat dari kayu dengan bentuk cukup unik. Sajian tersebut sebelum diserahkan terhadap dua mempelai terdengar beberapa ungkapan kata dalam bentuk bahasa daerah Mamasa yang diucapkan orang tua tersebut dan bermakna suatu pengharapan dan rasa syukur. Rasa penasaran ingin mendengar jelas secara keseluruhan isi ungkapan tersebut namun suasana yang tidak mendukung membuat niat kembali surut.
Seorang Warga Balla, Yan Lebo saat ditanya soal Tradisi Angka, Jumat (7/7/2017) menerangkan. Tradisi Angka dilakukan sebelum acara makan siang dilakukan secara bersama-sama dan tertuju pada kedua mempelai sebagai simbol To’na Sara (Pelaku Acara) adapun daging sembelihan yang diberikan memiliki arti tertentu.
Mempelai laki-laki diberikan daging sembelihan bagian Buku Lampa (tulang paha) sebagai pengharapan keluarga untuk menjadi tumpuan keluarganya serta menjadi pelindung sedangkan mempelai perempuan yang diberikan daging sembelihan bagian Buku Siruk (tulang rusuk) untuk melengkapi dan mendampingi suami sepanjang hidupnya.
Laki-laki paruh baya itu juga menjelaskan, proses penyerahan angka juga tidak dilakukan oleh sembarang orang melainkan harus yang dituakan dalam kampung atau keluarga.
Adapun pemaknaan dari hati hewan sembelihan yang ikut dicampur pada sajian tersebut merupakan simbolis dari dua hati yang telah terpadu. (**)