Selasa , Juni 17 2025
Home / Daerah / Tak Ada Jembatan, Warga Salule’bo Gunakan Rakit Menyeberangi Derasnya Arus Sungai

Tak Ada Jembatan, Warga Salule’bo Gunakan Rakit Menyeberangi Derasnya Arus Sungai

 

Foto : Joni

Mateng, 8enam.com.-Ditengah gencarnya pemerintah pusat menggenjot pembangunan infrastruktur jalan dan jembatan di berbagai daerah di tanah air, di Kabupaten Mamuju Tengah, Provinsi Sulawesi Barat justru berbanding terbalik, dimana warga Desa Salule’bo, Kecamatan Topoyo yang hendak ke Desa Tobadak 4 harus menyebrangi sungai dengan menggunakan rakit menerobos derasnya arus sungai.

Bahkan mereka harus bertaruh nyawa saat menyebrangi sungai selebar 100 meter ketika debit air meningkat. Dan kondisi ini sudah terjadi selama puluhan tahun tanpa perhatian dari pemerintah. Padahal jarak desa salule’bo dengan ibu kota pemerintahan kabupaten mamuju tengah hanya berkisar 30 Km.

Selain bertaruh nyawa, warga yang akan menyeberang juga harus rela merogoh kocek mereka sebesar Rp 7500 sampai dengan Rp 15.000 untuk satu kali menyeberang, sementara petani yang hendak menjual hasil bumi ke ibu kota Kabupaten Mamuju Tengah harus mengeluarkan biaya lebih besar untuk membayar pengemudi rakit.

Kondisi ini sudah dirasakan warga sekitar puluhan tahun silam, namun miirisnya hingga saat ini ribuan warga di wilayah tersebut harus menelan pil pait karena hingga hari ini tidak ada upaya yang dilakukan oleh pemerintah, padahal jalur ini adalah jalur alternatif warga menuju kota Kabupaten karena jalan yang dibuat pemerintah saat ini kondisinya rusak dan jaraknya yang sangat jauh untuk memutar.

“Jalur ini dugunakan ribuan warga desa salule’bo’ untuk menyeberang, namun kami harus membayar rakit untuk satu kali menyeberang mulai dari Rp.7500 sampai dengan 1p.15.000 tergantung kondisi air sungai dalam satu kali menyeberang,” tutur Rustang salah seorang warga Desa Salule’bo, Kamis (23/1/2019) kemarin.

Sementara Andi pemilik rakit mengaku mendapat penghasilan mulai dari Rp.500.000 sampai dengan Rp 1.500.000 perhari tergantung dari banyaknya warga yang menyeberang dan mengeluarkan hasil tani untuk di jual ke kota kabupaten.

“Pemasukan tergantung dari banyaknya warga yang menyeberang, kalau hari-hari biasa kadang Rp 500.000 tapi kalau hari pasar atau pas banyak hasil panen yang warga mau jual ke pasar kadang penghasilan sampai Rp 1.000.000 perharinya pak,” ungkap Andi. (Joni)

Check Also

Dukung Pendidikan Berkualitas, Gubernur Suhardi Duka Apresiasi Peresmian Kantor GTK

Mamuju, 8enam.com.-Gubernur Sulbar, Suhardi Duka (SDK) menghadiri peresmian Gedung Kantor Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *