Mamasa, 8enam.com.-Prihatin terhadap nasib para pedagang tradisional di pasar lama Mamasa, yang setiap saat di hantui rasa was was terhadap penertiban yang di lakukan oleh Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP), Reskianto Taula’bi rela meminjamkan lokasinya untuk di tempati menjual oleh para pedagang tradisional.
Bukan hanya dipinjamkan untuk di tempati berdagang, Reskianto juga menimbun lokasinya serta mebangunkan lapak untuk di tempati para pedagang menjajakan jualannya. Hal tersebut membuat Sejumlah pedagang di pasar tradisional yang selama ini tetap bertahan di pusat Kota Mamasa meskipun dihantui oleh rasa was-was dengan penertiban yang biasa di lakukan oleh Satpol PP bisa bernafas lega
Melalui pesan Massenger, Sabtu (28/4/2017) kemarin, Reskianto mengatakan, Awalnya ada permintaan lisan dari Lurah Mamasa, Hermanus Tandi, untuk meminta lokasi tersebut dijadikan tempat penjualan sayur, ikan, dan ayam. Karena rasa prihatin terhadap para pedagang yang ada di pasar lama, yang setiap saat di tertibkan ole Satpol PP, pihaknya menindaklanjuti permintaan dari Lurah Mamasa.
“Setelah kami mengamati kondisi yang urgen bagi para pedagang yang di maksudkan, di sinilah kami merasa prihatin dan peduli kepada para pedagang tersebut. Maka dari itu kami segera menimbun lokasi tersebut dan sekaligus membangunkan lapak bagi para pedagang guna meringankan beban bagi pedagang tradisional,” paparnya.
Setelah penimbunannya selesai dan lapak-lapak pedagang terisi Lanjut Reskianto, Tidak lama kemudian ada surat ucapan terima kasih dari Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Mamasa kepada Pemilik Tanah.
Terkait dengan informasi yang mencoba mengaitkan dengan kegiatan Pilkada Mamasa 2018, pihaknya menepis hal tersebut, dengan mengatakan biarlah masyarakat Kabupaten Mamasa yang menilainya.
Sementara Firmansyah Tandigoa, salah seorang pedagang kain yang menempati pasar tersebut mengungkapkan, dirinya sangat berterimakasih atas perhatian keluarga besar Mamasa Indah yakni, Reskianto dan Darius Tutoan karena tanah yang dipinjamkan sebagai lokasi pasar tradisional sangat membantu masyarakat.
Sedangkan Rudi seorang pedagang campuran menjelaskan, harusnya yang menjadi prioritas adalah pasar tradisional, jangan justru terbalik ke pasar modern. Karena pasar tradisional dominan digunakan masyarakat ekonomi menengah ke bawah, sedangkan pasar modern cenderung digunakan masyarakat menengah ke atas. Dia juga katakan bahwa Pasar Barrak-barrak yang dibangun Pemerintah Daerah (Pemda) sangat jauh, sehingga masyarakat berpikir untuk kesana.
“Ini adalah pasar solusi. Untuk itu Pemda harus mendukung pasar yang ada, sebab pasar di Barrak-barrak merupakan suatu perencanaan yang tidak menyentuh masyarakat dan bertentangan dengan visi-misi Bupati,” ungkapnya.
Dia mengungkapkan, Upaya Reskianto Taula’bi dan Darius Totoan sangat diapresiasi atas keprihatinan ke para pedagang yang selama ini diusir oleh Satpol-PP. Dan terkait dari moment politik, pedagang tidak melihat itu, sebab masalah tersebut telah lama menjadi kendala pedagang dan telah lama diminta ke Darius Totoan dan akhirnya menantunya (Reskianto) merespon positif.
Sarce Bembelangi (58) seorang pedagang sayur mengatakan, sudah 6 tahun ia menjadi seorang pedagang sayuran di Pasar Tradisional, namun program pemerintah yang hendak memindahkan pasar sangat mengganggu aktivitasnya. Ia sangat berterimakasih pada keluarga besar Mamasa Indah yang telah peduli dengan masyarakat kecil dan membangunkan lapak tanpa ada beban biaya ke para pedagang. (Sem/Pan)