Oleh : Evi Arianti, SST
(Statistisi BPS Kabupaten Mamasa)
Opini.-Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Barat, pada Jum’at 5 Februari telah merilis angka pertumbuhan ekonomi Sulbar tahun 2020 yang mengalami kontraksi sebesar 2,42 persen.
Hal tersebut merupakan kondisi terburuk selama 10 tahun terakhir. Dengan angka tersebut dapat kita lihat bahwa dampak pandemi Covid-19 telah benar-benar membuat perekonomian nasional maupun daerah menjadi terpukul mundur.
Menurut Berita Resmi Statistik, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2020 juga mengalami kontraksi, yaitu sebesar 2,07 persen.
Adapun alasan yang memicu pertumbuhan ekonomi menjadi turun dapat disebabkan oleh banyak faktor. Salah satunya dapat dilihat dari sisi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) menurut Pengeluaran.
Pengertian PDRB menurut Pengeluaran
PDRB adalah salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi suatu daerah dalam suatu periode tertentu. Sedangkan pada PDRB menurut Pengeluaran itu terdapat 6 (enam) komponen, yaitu :
1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga (PKRT), merupakan pengeluaran atas barang dan jasa oleh rumah tangga untuk tujuan konsumsi.
2. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah (PKP), adalah nilai seluruh jenis output pemerintah dikurangi nilai output untuk pembentukan modal sendiri dikurangi nilai penjualan barang/jasa ditambah nilai barang/jasa yang dibeli dari produsen pasar untuk diberikan pada RT secara gratis atau dengan harga yang tidak signifikan secara ekonomi.
3. Pengeluaran Konsumsi Lembaga Nonprofit Rumah Tangga (PKLNPRT), adalah berbagai pengeluaran oleh lembaga untuk pengadaan barang dan jasa, yang secara prinsip mempunyai fungsi dalam melayani rumah tangga.
4. Pembentukan Modal Tetap Bruto, didefinisikan sebagai pengeluaran unit produksi untuk menambah aset tetap dikurangi dengan pengurangan aset tetap bekas.
5. Inventori, adalah persediaan yang dikuasai oleh unit yang menghasilkan untuk digunakan dalam proses lebih lanjut, dijual, atau diberikan pada pihak lain, atau digunkan dengan cara lain.
6. Ekspor-Impor. Ekspor Barang didefinisikan sebagai transaksi perpindahan kepemilikan ekonomi atas barang dari residen suatu wilayah Provinsi terhadap pelaku ekonomi luar negeri. Impor Barang didefinisikan sebagai transaksi perpindahan kepemilikan ekonomi atas barang dari pelaku ekonomi luar negeri terhadap residen suatu wilayah Provinsi.
Kondisi Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Barat 2020
Menurut Pengeluaran, dari sisi Pengeluaran, kumulatif pertumbuhan ekonomi Sulawesi Barat selama triwulan IV-2020 terkontraksi sebesar 2,42 persen (c-to-c), menurun sangat dalam jika dibandingkan dengan pertumbuhan pada periode yang sama tahun 2019 yang tumbuh mencapai 5,67 persen.
Pertumbuhan tertinggi selama triwulan IV-2020 dicapai oleh Komponen Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga sebesar 0,53 persen, komponen tersebut merupakan satu-satunya komponen yang berhasil tumbuh positif pada periode tersebut, sedangkan komponen lainnya mengalami kontraksi.
Komponen yang terkontraksi paling dalam yaitu Impor Barang dan Jasa sebesar 14,91 persen. Selanjutnya komponen PKP, PMTB, dan Ekspor masing-masing terkontraksi sebesar 9,51 persen, 8,51 persen, dan 5,92 persen.
Terakhir yaitu PKLNPRT yang terkontraksi sebesar 5,85 persen.
Walaupun perekonomian Sulbar sedang terpukul, namun struktur PDRB Sulbar menurut pengeluaran atas dasar harga berlaku pada triwulan IV-2020 tidak menunjukan perubahan yang berarti.
Aktivitas permintaan akhir masih didominasi oleh Komponen PK-RT yang mendominasi PDRB Sulawesi Barat. Komponen lainnya yang memiliki peranan besar terhadap PDRB secara berturut-turut adalah Ekspor Barang dan Jasa, Impor Barang da Jasa, Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB); dan Pengeluaran Konsumsi Pemerintah (PK-P); sedangkan komponen Pengeluaran Konsumsi Lembaga Nonprofit Rumah Tangga (PK-LNPRT) memiliki kontribusi yang relatif kecil.
Dari uraian diatas dapat diketahui bahwa peran komponen PK-RT sangatlah penting dalam mendorong perekonomian Sulbar. Memiliki peran terbesar dalam PDRB menurut pengeluaran dengan nilai 52,69 persen tentunya hal ini yang membuat pemerintah menjadi lebih fokus untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui bantuan sosial agar konsumsi masyarakat tetap meningkat di masa pandemi sekarang ini.
Adapun bamtuan yang telah terlaksana sejak awal pandemi terjadi tersebut sedikit berhasil untuk mendorong pertumbuhan ekonomi di tahun 2020, sehingga pertumbuhan PKRT pun merupakan satu-satunya komponen yang mengalami pertumbuhan meskipun tidak terlalu signifikan.
Walaupun komponen PK-RT mengalami pertumbuhan namun pandemi Covid-19 memang sangatlah memengaruhi perekonomian Sulbar, baik pengeluaran konsumsi primer maupun sekunder dan tersier. Sehingga masyarakat hanya mengkonsumsi apa yang dibutuhkan saja dan lebih tertarik untuk menabung untuk berjaga-jaga jika terjadi keperluan penting yang mendesak.
Komponen yang berpengaruh terhadap perekonomian Sulbar kedua setelah PKRT yaitu Ekspor Barang dan Jasa, dengan angka distribusi sebesar 47,44 persen. Angka yang cukup berpengaruh secara signifikan, namun pertumbuhannya juga mengalami kontraksi sebesar 5,92 persen.
Hal ini disebabkan oleh berkurangnya Ekspor kelapa sawit di wilayah Sulawesi Barat pengaruh dari berkurangnya produksi perkebunan dan adanya pandemi Covid-19.
Sedangkan komponen yang berpengaruh ketiga setelah PKRT dan Ekspor Barang dan Jasa adalah Impor Barang dan Jasa, dengan angka distribusi sebesar 43,34 persen. Komponen ini merupakan komponen yang megalami kontraksi paling dalam yaitu sebesar 14,91 persen.
Setelah Impor Barang dan Jasa, Komponen PMTB juga memiliki angka distribusi terhadap PDRB sebesar 27,66 persen. Namun pertumbuhannya mengalami kontraksi sebesar 8,51 persen. Impor barang dan jasa berkontraksi karena impor bahan baku, bahan modal dan barang konsumsi menurun dibanding tahun sebelumnya akibat adanya pandemi Covid-19.
Selanjutnya, komponen Pengeluaran Konsumsi Pemerintah memiliki kontribusi sebesar 16,06 persen juga mengalami kontraksi sebesar 9,51 persen.
Alasannya yaitu karena di masa pandemi ini pemerintah refocusing anggaran untuk penanggulanam Covid-19. Sehingga anggaran untuk keperluan lainnya dikurangi atau dipangkas.
Komponen selanjutnya yaitu PK-LNPRT, komponen ini juga mempengaruhi pertumbuhan ekonomi hanya sekitar 0,74 persen. Dan jkomponen tersebut juga mengalami kontraksi yaitu sebesar 5,85 persen.
Impor barang dan jasa tumbuh melambat karena impor bahan baku, bahan modal dan barang konsumsi menurun dibanding tahun sebelumnya akibat adanya pandemi Covid-19.
Sedangkan PK-LNPRT terkontraksi karena seperti yang kita ketahui bahwa aktivitas LNPRT selama masa pandemi Covid-19 tidak sebanyak ditahun 2019 karena pembatasan sosial dan menghindari kerumunan sebagai upaya mengurangi penyebaran Covid-19.
Dari masing-masing komponen PDRB menurut Pengeluaran diatas dapat kita simpulkan bahwa pandemi Covid-19 selalu menjadi alasan terhadap naik turunnya angka pertumbuhan disetiap komponen pada periode 2020.
Sehingga untuk memperbaiki perekonomian Sulbar maupun perekonomian Indonesia kita harus bekerja sama untuk tetap melawan covid-19 dengan tetap disiplin menerapkan protokol kesehatan kapanpun dan dimanapun kita berada. Semoga dengan begitu, perekonomian daerah maupun nasional menjadi lebih baik. (*)