Sabtu , September 6 2025
Home / Artikel / Indonesia Emas Tahun 2025 Kualitas Pendidikan : Persimpangan Antara Harapan Besar Dan Tantangan Nyata

Indonesia Emas Tahun 2025 Kualitas Pendidikan : Persimpangan Antara Harapan Besar Dan Tantangan Nyata


Ditulis oleh Wentriani
Peserta Advance Training (LK-III Tingkat Nasional) BADKO HMI Kalimantan Selatan

Kualitas pendidikan Indonesia saat ini berada dalam persimpangan antara harapan besar dan tantangan nyata. Di satu sisi, jumlah guru yang melimpah, bonus demografi, serta hadirnya Kurikulum Merdeka dan transformasi digital memberi peluang emas untuk kemajuan bangsa. Namun di sisi lain, kesenjangan akses, rendahnya literasi, dan kualitas guru yang belum merata masih menjadi pekerjaan rumah yang serius.

Guru sebagai aktor utama pendidikan menghadapi beban besar: kompetensi yang beragam, distribusi yang timpang antara kota dan daerah 3T, serta kesejahteraan yang belum sepenuhnya adil terutama bagi guru honorer. Kondisi ini berdampak langsung pada kualitas pembelajaran, sehingga hasil studi internasional seperti PISA menunjukkan capaian siswa Indonesia masih di bawah rata-rata dunia.

Kurikulum Merdeka hadir sebagai inovasi penting, dengan fokus pada pembelajaran berbasis proyek, penguatan Profil Pelajar Pancasila, dan penguasaan keterampilan abad 21. Namun, implementasinya menghadapi tantangan karena belum semua sekolah memiliki kesiapan fasilitas dan kompetensi guru yang memadai.

Ilmu pengetahuan juga menghadapi masalah serupa. Akses pada sumber riset dan publikasi ilmiah masih terbatas, budaya riset belum mengakar, dan sinergi antara perguruan tinggi, industri, dan pemerintah belum optimal. Padahal, tanpa ilmu pengetahuan yang kuat, bangsa sulit bersaing di tengah arus globalisasi dan disrupsi teknologi.

Di sisi lain, perkembangan teknologi adalah kekuatan sekaligus tantangan. Digitalisasi membuka akses informasi dan pendidikan yang luas, namun juga menimbulkan kesenjangan digital, ancaman keamanan data, serta disrupsi dunia kerja. Tanpa literasi digital yang baik, teknologi justru bisa memperlebar jurang ketidakadilan sosial.

Oleh karena itu, solusi yang ideal adalah memperkuat ekosistem pendidikan dan ilmu pengetahuan dengan pendekatan holistik. Pemerintah perlu meningkatkan anggaran riset dan pendidikan, menjamin distribusi serta kesejahteraan guru, dan memperluas akses pendidikan berbasis teknologi hingga daerah 3T. Dunia industri dan akademik harus lebih erat berkolaborasi untuk memastikan ilmu pengetahuan terhubung dengan kebutuhan nyata masyarakat. Selain itu, literasi dasar — membaca, numerasi, digital, dan sains — perlu ditanamkan sejak dini agar generasi muda mampu menghadapi era penuh ketidakpastian.

Kebijakan pendidikan yang ideal adalah kebijakan yang berpihak pada pemerataan, penguatan riset, dan pembangunan karakter, sekaligus membuka ruang seluas-luasnya bagi kreativitas generasi muda. Dengan demikian, pendidikan Indonesia tidak hanya menghasilkan tenaga kerja, tetapi juga mencetak manusia berdaya saing, berkarakter, dan berkontribusi bagi peradaban dunia.

Check Also

Lebih dari Sekadar Adu Cepat Perahu Sandeq

Oleh: Suhardi Duka Lebih dari 400 orang pria pemberani mengarungi lautan. Sebanyak 55 perahu layar, …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *