Mateng, 8enam.com.-Dengan mengangkat tema “Mengubah Sampah Menjadi Rupiah”, pemuda Desa Polo Lereng Kecamatan Pangale Kabupaten Mamuju Tengah (Mateng) gelar pelatihan pengolahan lombah sampah plastik, Senin (14/10/2019).
Kegiatan pelatihan tersebut menggandengan sekolah alam Professores Art Production (PAP) yang dihadiri oleh Kepala Desa Polo Lereng, Suwanta, Anggota DPRD Mateng, Alamsyah Arifin, pendiri sekolah alam PAP, Fatmawati Arisuddin sekaligus selaku pemateri pelatihan pengolahan limbah sampah.
Dalam kesempatan tersebut, Kepala Desa Polo Lereng menyampaikan apresiasinya kepada inisiator kegiatan pelatihan pengolahan limbah sampah untuk memjadi bernilai rupiah.
Karena menurutnya, masyarakat masih sangat awam atau belum mengetahui secara mendetail bagaimana dampak jika sampah itu dibuang sembarangan, bagaimana mengolah limbah sampah menjadi barang yang bernilai rupiah.
“Jadi dengan adanya pelatihan seperti ini, kita berharap masyarakat bisa mengetahui bagaimana cara mengolah limbah sampah menjadi barang yang bernilai rupiah, yang secara tidak langsung bisa membantu perekonomian keluarga,” kata Suwanta.
“Sekalai lagi saya sangat mengapresiasi kegiatan seperti ini, meskipun dengan cara swadaya tanpa dianggarkan dari anggaran Desa, namun berkat semangat dari inisiator kegiatan pelatihan ini akhirnya bisa terlaksana,” ungkapnya.
Sementara itu Fatmawati Arisuddin pendiri sekolah Alam PAP sekaligus pemateri dalam kegiatan pelatihan tersebut menuturkan, dari hasil penelitian bahwa rata-rata satu orang indonesia itu menghasilkan 700 kantong plastik pertahun.
Masa penguraian sampah, Fatmawati berharap peserta pelatuhan bisa menjadi perpanjangan tangan kepada tetangga sekitar bagaimana dampak sampah bagi lingkungan.
“Seperti puntung rokok, itu akan terurai dalam tanah dalam waktu 10 tahun, sampah kertas membutuhkan waktu 2-5 bulan, kardus 5 bulan, sampah baterai membutuhkan waktu 100 tahun baru bisa terurai dalam tanah termasuk limbah sampah plastik,” ujarnya.
Membakar sampah plastik kata Fatmawati, akan menghasil dioksin yang sangat beracun. 350 kali lebih berbahaya daripada asap rokok karena menghasilkan dioksin, termasuk juga bisa menyebabkan kangker otak dan kangker paru.
“Karena kita terlalu menyepelekan, akhirnya satu yang membuang sampah sembarangan akhirnya akan menimbun sampah. Sehingga kami punya program membantu pemerintah desa untuk mengolah sampah yang ada di desanya sendiri, misalnya sampah kering kita buat kerajinan, sampah basah bisa kita buat biogas, pupuk kompos,” terangnya.
Nenhy inisuator kegiatan pelatihan tersebut menuturkan, kegiatan ini berawal dari keperihatinannya melihat banyaknya sampah yang dibuang sembarangan.
“Dari keperihatinan itu saya bersama Indra berdiskusi apa yang bagus dilakukan agar bisa mengurangi limbah sampah. Nah dari diskusi itu meuncullah ide untuk membuat pelatihan mengubah sampah menjadi rupiah,” urainya.
Terlaksananya kegiatan ini kata Nenhi, tidak menggunakan anggaran dari pemerintah, murni secara swadaya melalui donatur.
“Ini murni kita gunakan anggaran dari donatur. Dan kami berharap setelah kegiatan ini, para peserta bisa menjadi virus bagi masyarakat yang lain agar lebih peduli lagi dengan lingkungan. Intinya mari kita menjadi virus kebaikan untuk menggaungkan kepedulian kita kepada lingkungan karena secara tidak langsung kita akan membantu pemerintah khususnya Pemkab Mateng untuk membebaskan daerah ini dari limbah sampah,” kunciny. (wan)