Jumat , Juni 20 2025
Home / Daerah / Mengapa Likuefaksi Bisa Terjadi, Berikut Penjelasan Geologi Pada Diskusi BPN Sulbar

Mengapa Likuefaksi Bisa Terjadi, Berikut Penjelasan Geologi Pada Diskusi BPN Sulbar

Mamuju, 8enam.com.-Gempa bumi 6,2 magnitudo pada 15 Januari lalu masih menyisahkan trauma, khususnya masyarakat di wilayah terdampak bencana gempa di Mamuju dan Majene Provinsi Sulbar.

Selain runtuhan bangunan akibat gempa, masyarakat di Sulawesi Barat juga dikhawatirkan dengan isu likuefaksi atau fenomena “tanah bergerak” seperti yang terjadi pada gempa Palu 2018 silam.

Merespon itu, Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional (Kanwil BPN) Provinsi Sulawesi Barat, di bawah pimpinan Herjon Panggabean, melakukan sosialisasi via daring dengan mengundang Ahli Penelitian Utama Pusat Survey Geologi Kementerian ESDM, Ungkap M.Lbn Batu, terkait hal itu dengan tema ‘Mengapa Likuefaksi Bisa Terjadi’, pada Jumat, (5/2/2021) malam.

Lalu bagaimana kerentanan terjadinya likuifaksi di Sulawesi Barat?, Ungkap M.Lbn Batu menjelaskan, likuefaksi terjadi jika terdapat lapisan sungai purba, yang merupakan endapan lumpur bercampur pasir.

Dijelaskan juga, jika likuefaksi terjadi umumnya di lingkungan geologi tertentu saja, seperti dataran pantai, dataran alluvium (tanah liat, biasanya di tebing sungai yang sering tergenang banjir), dan tanah reklamasi.

“Jadi semakin tua umur sediman, maka semakin rendah terjadinya likuifaksi, artinya kemungkinan terjadinya likuefaksi kecil, dan Sulawesi Barat termasuk dalam sedimen tua,” kata Ungkap M.Lbn Batu.

Sementara gempa 6,2 magnitudo di Sulawesi Barat dikategorikan sebagai gempa bumi berukuran sedang, hal itu membuat terjadinya likuefaksi di wilayah terdampak gempa (Mamuju-Majene) kecil kemungkinannya.

“Likuefaksi dapat terjadi apabila suatu massa endapan pasir lepas atau terurai, yang disebabkan oleh guncangan gempa yang kuat dan lama, hal itu disebabkan beberapa faktor salah satunya bekas sungai purba seperti di Palu, dan di Sulawesi Barat itu belum ditemukan,” lanjutnya.

Dengan memperhatikan lokasi episenter gempa bumi, dan kedalaman hiposenternya, gempa pembuka dan gempa utama yang terjadi merupakan gempa kerak dangkal, yang selanjutnya akan diikuti gempa susulan berukuran lebih kecil.

“Hal ini membuat aktivitas sesar aktiv naik, hal ini biasanya memicu terjadinya likuifaksi. Untuk itu masyarakat perlu memperdalam pengetahuan mengenai itu,” Ungkap M. Lbn bata.

Sementara Menurut Kakanwil Herjon Panggabean, sosialisasi dilakukan sebagai upaya memberikan edukasi bagi masyarakat, termasuk untuk memberikan pemahaman kepada seluruh pegawai di lingkup Badan Pertanahan Sulawesi Barat.

“Kita perlu memberi pemahaman kepada masyarakat, agar mengerti dan dapat mengenali lingkungannya, selain itu diharapkan juga seluruh SDM BPN Sulbar bisa tercerahkan agar dapat bekerja dengan nyaman, untuk memberi layanan terbaik pada masyarakat,” tandas pria kelahiran Banda Aceh itu. (Sgt/edo)

Check Also

Kronologi Raibnya Dana Desa Tapandullu 388.426.000Juta, Pelaku Hingga Saat Ini Belum Diketahui

Mamuju, 8enam.com.-Uang Dana Desa (DD) Desa Tapandullu Kecamatan Simboro, Kabupaten Mamuju, Sebesar Rp 388.426.000 Juta …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *