Mamuju, 8enam.com.-Pagi baru saja menyapa waktu, sang suryapun belum menampakan sinahrnya. Sisa embun yang menempel di dedaunan belum lenyap diterpa hangat mentari. Bagi pekerja, saat begini menjadi waktu tepat, berangkat bekerja.
Di sebuah tikungan di Kelapa Tujuh, Mamuju, seorang guru honorer bersiap di rumahnya. Hawa dingin masih menempel kulitnya. Nama dia, Sumiati. Sudah enam tahun, menekuni profesi ini.
Sumiati memgajar di SDN Padang Baka, Kelurahan Rimuku, Kecamatan Mamuju, Kabupaten Mamuju, dekat rumahnya. Namun, hari itu, Senin 16 November 2020, kakinya tidak tertuju ke sekolah. Sejak pandemi Covid-19, belajar tatap muka berganti sistem Guling, Guru Keliling.
Sumiati bakal bertandang ke rumah-rumah murid yang dia ajar. Ketika pergi, Sumiati memapah papan tulis. Membelah hamparan kebun-kebun, mendaki bukit, hingga bergelut dengan panasnya siang. Saban pagi, murid pertama dapat kunjungan Sumiati adalah Afika. Rumah terjauh adalah pilihan pertama. Bagi siswa yang saling berdekatan rumah, Sumiati mengajari mereka bersamaan. Di suatu tempat.
“Ini kegiatan Guru Keliling. Setiap hari Senin dan Selasa, proses belajar harus kami lakukan,” katanya.
Siswa Sumiati, ada 27 orang. Mereka duduk di bangku kelas dua. Kebanyakan muridnya datang dari keluarga sederhana. Umumnya petani. Di hadapan murid, Sumiati terus menguatkan pentingnya mengenal huruf dan pandai membaca.
Sumiati sadar, kondisi keluarga mereka tak memberi waktu mendampingi anaknya buat belajar. “Karena mereka bekerja seharian malamnya digunakan untuk istirahat,” tuturnya.
Tanpa Gaji di Masa Pandemi
Sejak Juni, Sumiati tidak terima insentif. Perbulan digaji Rp500 ribu, dan dia terima setiap tiga bulan. Untuk bertahan hidup dengan keluarga tanpa gaji, Ibu dua anak ini harus berjualan kue tradisional: Bikang, kue berasa legit dengan siraman lelehan gula aren. Dia menjualnya secara daring melalui sosial media.
“Alhamdulillah, waktu bulan puasa kami bisa bertahan dan tetap dapat memenuhi kebutuhan sampai lebaran,” ungkapnya.
Selain hasil menjual, hasil kebun yang tak seberapa bisa membuat dapur Sumiati terus berasap. Bantuan sembako dari berbagai pihak juga menjadi bagian dari penyambung hidup selama masa pagebluk menerjang.
Sumiati tak tahu, kapan gaji kecil itu dia terima. Meski begitu, asa untuk segera mendapatkan gaji bagi 6250 GTT dan PTT lingkup Pemkab Mamuju sepertinya segera terlaksana. Dana Bagi Hasil (DBH) dari Pemprov Sulbar sebesar 8,1Milyar telah masuk ke Kas Daerah, 18 November 2020 kemarin.
“Rencananya, akan menjadi sumber pembiayaan bagi teman-teman tenaga kontrak. Sebagian lagi, akan digunakan untuk belanja di sektor kesehatan karena dalam DBH ada komponen pajak rokok,” kata Kepala BPKAD Budianto, via WhatsApp, Kamis, (19/11/2020) kemarin.
Mengabdi Setulus Hati
Kabar baik pembayaran gaji memang sayup-sayup terdengar. Soal itu, Sumiati menyerahkan kepada pemerintah.
Baginya, tetap memberikan pelajaran kepada puluhan anak muridnya adalah amanah sebagai seorang guru.
“Kalau rejeki tidak akan kemana, asalkan anak-anak bisa belajar. Saya selalu bersyukur masih bisa beri pelajaran kepada anak-anak,” ucapnya.
Mensiasati proses belajar mengajar juga adalah bagian yang ada dalam pikirannya. Jika anak yang tidak tinggal diluar dari wilayah tempat tinggalnya. Sumi begitu ia biasa disapa, akan memanfaatkan ruangan posyandu.
Membuat proses belajar mengajar dimasa Pandemi dengan tetap mengikuti penerapan protokol kesehatan adalah bagian yang tidak terpisahkan dari denyut pembelajaran.
“Dalam belajar waktunya tidak sama dengan kelas normal. Hanya 2 jam belajar,” ucapnya.
Bagi, Direktur Lembaga Inspirasi dan Advokasi Rakyat (LIAR) Harun Yamerang, Ibu Sumiati adalah kepingan cerita seorang guru honorer atau tenaga kontrak yang tetap amanah di masa pandemi. Meskipun dengan berbagai keterbatasan.
Kata Harun, ada banyak guru honorer yang tinggal jauh di pelosok desa di Bumi Manakarra ini. Perjuangannya pasti akan sangat berat karena menjalankan amanah sebagai seorang guru dengan keterbatasan dalam kepungan covid-19 dengan gaji yang tak pasti.
“Saya angkat topi dengan perjuangan teman-teman kontrak. Merekalah pahlawan yang abadi,” tuntas Harun. (Ilu/edo)