
Polman, 8enam.com.-Gubernur Sulawesi Barat (Sulbar), Suhardi Duka (SDK), menekankan urgensi implementasi sistem pendidikan yang link and match atau terhubung dan sesuai dengan kebutuhan dunia kerja. Penegasan ini disampaikan SDK saat menjadi pembicara dalam kuliah pakar di Kampus Institut Hasan Sulur (IHS) Wonomulyo, Kabupaten Polewali Mandar, Jumat 24 Oktober 2025.
Adaptasi Pendidikan di Tengah Tantangan Zaman
Dalam paparannya, Gubernur SDK mengulas evolusi kebijakan pendidikan nasional. Ia mencatat bahwa tantangan telah berubah drastis, dari upaya memberantas buta huruf di awal kemerdekaan, penggalakkan pendidikan dasar pada era 70-an, hingga wajib belajar 12 tahun pada 80-an.
Namun, menurut SDK, tantangan terbesar saat ini bukan lagi sekadar wajib belajar, melainkan bagaimana pendidikan dapat menjadi solusi bagi persoalan ketenagakerjaan.
“Sekarang bukan lagi soal melek huruf atau wajib belajar. Tantangan kita adalah bagaimana pendidikan bisa link and match dengan pasar kerja. Banyak lulusan sekolah atau kampus yang akhirnya menganggur karena tidak sesuai dengan kebutuhan industri,” ujarnya.
SDK secara khusus menyoroti perlunya penguatan sekolah kejuruan (SMK) agar benar-benar menghasilkan tenaga siap pakai yang berorientasi pada keterampilan dan kebutuhan lapangan kerja.
“Pendidikan itu tidak boleh hanya menjadi penunda pengangguran. Kalau tidak sesuai dengan kebutuhan pasar, lulusan tetap akan kesulitan mencari kerja,” tegasnya.
Dorong Kolaborasi Pemerintah dan Swasta
Selain penyesuaian kurikulum dengan industri, SDK juga mendorong keterlibatan yang lebih luas dari pihak swasta dalam penyelenggaraan pendidikan. Ia meyakini, kolaborasi ini adalah kunci untuk mempercepat peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) di Sulbar.
“Pendidikan tidak harus semuanya diselenggarakan pemerintah. Kalau swasta bisa lebih banyak berperan, itu justru lebih bagus,” pungkasnya. (Rls)
8enam.com Media Online Sulawesi Barat