Sabtu , Juli 19 2025
Home / Daerah / Direktur Logos Politika Sebut, Wajar Jika Sebagian Kalangan Menolak Hasil Survey JSI

Direktur Logos Politika Sebut, Wajar Jika Sebagian Kalangan Menolak Hasil Survey JSI

Mamuju, 8enam.com.-Hasil survey yang dirilis Jaringan Suara Indonesia (JSI) untuk Pilkada Mamuju belum lama ini menjadi perbincangan, ada yang menanggapi positif ada pula yang menyebut tidak salah bahkan ada juga yang menyebut hoax.

Dalam rilisnya, Wakil Direktur JSI, Popon menyebut Habsi-Irwan mendapatkan 65,9 persen sedangkan penantang Sutinah-Ado diangka 34,1 persen.

Hal itu menjadi perbincangan masyarakat khususnya di media sosial, sebagian pihak menganggap itu hasil yang wajar, dan sebagian lagi menganggap bahwa hasil itu tidak salah, bahkan ada yang menyebut hoax.

Terkait pro kontra hasil survey tersebut, direktur Logos Politika, Maenunis Amin menyebutnya sebagai hal wajar jika sebagian kalangan menolak hasil survey JSI.

“Secara prinsip tidak masalah kalau orang menolak JSI dan hasil surveinya. Kan banyak lembaga lain yang juga melakukan survei di Pilkada Mamuju, JSI itu hanya salah satunya.” sebut Maenunis, Jum’at (13/11/2020) malam.

Maenunis bahkan membeberkan hasil survei beberapa lembaga nasional yang dirangkumnya dalam pemetaan komparatif.

“Saya kasi satu contoh komparasi hasil survei per Desember 2019 dan Januari 2020 dari dua lembaga nasional selain JSI yaitu Indopol dan Poltracking. JSI merilis elektabilitas Habsi-irwan 56,6 persen sementara Poltracking hanya 28,5 persen,” bebernya.

“Kalau dilihat hasil dari Indopol dan Poltracking itu linear misalnya dalam hasil dan selisih, tapi berbeda dengan JSI. Nah, kalau kemudian orang menolak hasil survey JSI dan hanya menerima Indopol dan Poltracking, apa lantas kedua lembaga nasional itu kita sebut tidak kredibel ? Kan tidak toh,” sambungnya.

Lebih lanjut ia menuturkan bahwa pihak JSI atau pun Habsi-Irwan harus lebih mampu meyakinkan publik baik secara akademis ataupun politis terkait validitas survei yang telah mereka rilis.

“Kalau tidak, maka wajar kalau publik menuding mereka telah melakukan missleading information. Pertama bahwa 65 persen itu masi perlu penjelasan akademik, yang kedua Sutinah tidak perlu terpengaruh karena yang di kejar oleh Sutinah adalah Trend.

“Trend-Nya ibu Tina hanya membutuhkan 10 persen kenaikan dari Desember ke Agustus September dan ternyata survei di salahsatu lembaga menyebut bahwa Tina itu sudah melebihi kenaikan Trendnya 10 persen di sebut juga oleh Popon.

Selain itu pria sapaan akrab Inu itu menjelaskan secara rinci bahwa angka yang tinggi tapi Trend tidak bagus pasti turun. Angka yang rendah tapi dengan Trend yang bagus akan selalu naik.

“Ketika JSI tidak bisa menjelaskan secara konprehensif, secara akademik yang lengkap berarti JSI hanya melakukan penggiringan opini, itu satu. Yang kedua ketika JSI hasilnya nanti di akhir tidak sama, itu artinya apa, memang JSI punya niat menggali kuburan politiknya 2020 di Sulbar.

“Mungkin JSI punya niat, ini menjadi akivitas politiknya yang terakhir di Sulbar di pilkada 2020 kalau modelnya seperti itu. Pokoknya jangan salahkan publik ketika curiga macam-macam, anda di tuding ini titipan, anda di tuding ini tidak cacat akademik. Ini tidak sesuai metodelogi jadi jangan salahkan publik karena anda juga tidak menjelaskan secara konprenhensif,” pungkasnya. (Ma/edo)

Check Also

Gubernur Sulbar Ungkap Potensi Lahan Transmigrasi Yang Belum Digarap Optimal, 195.822 Hektare Siap Dikembangkan Untuk Sektor Unggulan

Mamuju, 8enam.com.-Gubernur Sulbar, Suhardi Duka memaparkan potensi besar lahan Produk Unggulan Kawasan Perdesaan (Prukades) di …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *