Mamuju, 8enam.com.-Menyoal terkait gizi buruk yang menjadi kebutuhan intervensi program tentunya kita harus memahami dulu Perbedaan gizi buruk dengan kelaparan
Di hubungi Via WhatsApp, penasehat LSM Kartini Manakarra, Sulbar, Dian Kartini, Jumat (3/11/2017) menuturkan, Gizi buruk berbeda dengan kelaparan. Orang yang menderita kelaparan biasanya karena tidak mendapat cukup makanan dan kelaparan yang diderita dalam jangka panjang dapat menuju ke arah gizi buruk.
Walaupun demikian lanjutnya, orang yang banyak makan tanpa disadari juga bisa menderita gizi buruk, apabila mereka tidak makan, makanan yang mengandung nutrisi, vitamin dan mineral secara mencukupi.
“Jadi gizi buruk sebenarnya dapat dialami oleh siapa saja, tanpa mengenal struktur sosial dan faktor ekonomi,” ujarnya.
“Orang yang menderita gizi buruk akan kekurangan nutrisi yang dibutuhkan oleh tubuh untuk tumbuh atau untuk menjaga kesehatannya. Seseorang dapat terkena gizi buruk dalam jangka panjang ataupun pendek dengan kondisi yang ringan ataupun berat. Gizi buruk dapat mempengaruhi kesehatan fisik dan mental,” tambahnya.
Dian katakan, Orang yang menderita gizi buruk akan mudah untuk terkena penyakit, atau bahkan meninggal dunia akibat efek sampingnya. Anak-anak yang menderita gizi buruk juga akan terganggu pertumbuhannya, biasanya mereka tidak tumbuh seperti seharusnya (kerdil red) dengan berat badan di bawah normal.
“Gizi buruk adalah bentuk terparah dari proses terjadinya kekurangan gizi menahun. Status gizi balita secara sederhana dapat diketahui dengan membandingkan antara berat badan menurut umur maupun menurut panjang badannya dengan rujukan (standar) yang telah ditetapkan,” ungkapnya.
Menurutnya, Apabila berat badan menurut umur sesuai dengan standar, anak disebut gizi baik. Kalau sedikit di bawah standar disebut gizi kurang. Apabila jauh di bawah standar dikatakan gizi buruk Gizi buruk yang disertai dengan tanda-tanda klinis disebut marasmus atau kwashiorkor. (edo)