Mamuju, 8enam.com.-Data terbaru menunjukkan adanya tantangan besar dalam penanganan stunting di Sulawesi Barat. Berdasarkan Lokakarya Mini (Lokmin) yang diadakan di Puskesmas Tampapadang, Rabu, 10 September 2025.
Angka penimbangan balita di Kelurahan Bebanga, Kecamatan Kalukku, yang merupakan lokus Pasti Padu, masih tergolong rendah. Dari 855 balita, hanya 564 balita atau sekitar 66% yang telah ditimbang pada Agustus 2025, menyisakan 291 balita yang belum terdata.
St. Khadijah Hamid, Pengelola Gizi Puskesmas Tampapadang, mengidentifikasi beberapa hambatan utama, di antaranya adalah kurangnya dukungan keluarga, jarak posyandu yang jauh, kesibukan orang tua, hingga anak yang rewel atau orang tua yang takut pada kader posyandu. Bahkan, beberapa balita tidak hadir karena orang tua merantau ke luar daerah, dan keterlibatan lintas sektor juga mulai berkurang.
Meski demikian, Puskesmas Tampapadang bersama para kader posyandu telah mengambil inisiatif proaktif. Upaya yang dilakukan meliputi mengingatkan ibu balita secara langsung, menawarkan penimbangan alternatif, dan menjemput balita ke rumah. Edukasi juga terus diberikan agar masyarakat tidak absen dalam kegiatan posyandu.
Plt. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat, dr. Nursyamsi Rahim, menegaskan bahwa pendampingan intensif ini adalah bagian dari implementasi visi “Sulawesi Barat Maju dan Sejahtera” yang diusung oleh Gubernur dan Wakil Gubernur.
“Melalui Quick Wins Sulbar Sehat, kami telah merumuskan sembilan indikator percepatan menuju masyarakat sehat. Bebanga menjadi salah satu prioritas, dan capaian penimbangan balita ini harus kita tingkatkan dengan kerja sama semua pihak,” tegas dr. Nursyamsi.
Dengan sinergi lintas sektor dan peran aktif masyarakat, diharapkan capaian penimbangan balita dapat terus meningkat, menjadi langkah awal yang krusial dalam deteksi dini masalah gizi dan penanganan stunting di Sulawesi Barat. (Rls)